Saya adalah salah satu penderita Mata Malas (Amblyopia) sejak masa kanak-kanak sehingga salah mata memiliki penglihatan yang kurang baik. Jarang sekali saya menemukan penjelasan tentang ini, kebetulan saat saya membaca detik ada berita mengenai ini sehigga saya tertarik untuk menuliskan dan mencari data lebih detail.
Berikut ini kutipan berita dari detik.com : ( http://health.detik.com/read/2013/04/25/130034/2230220/1301/mata-malas-pada-anak-bisa-diperbaiki-dengan-main-tetris?l992203755 )
Jakarta, Mata malas atau amblyopia terjadi ketika satu mata tidak dapat berkembang sebaik mata satunya. Selama ini para dokter hanya menempelkan koyo pada mata yang normal agar mata yang terkena mata malas dapat 'dipaksa' bekerja tapi metode ini dinilai tak nyaman. Tapi sekelompok peneliti menemukan bahwa kondisi ini dapat diatasi dengan cara yang mengasyikkan yaitu bermain Tetris.
Tim peneliti dari McGill University, Kanada menemukan bahwa permainan Tetris dapat melatih kedua mata agar dapat bekerja bersama. Peneliti juga telah mengujicobakannya pada 18 orang dewasa dan membuktikan bahwa metode ini jauh lebih efektif daripada pemasangan koyo pada mata.
Dalam uji coba tersebut, Dr. Robert Hess dan rekan-rekannya di Montreal menciptakan sepasang kacamata khusus yang bekerja dengan cara 'memaksa' kedua mata agar bekerja sama sebagai sebuah tim.
Kemudian sembilan partisipan yang menderita mata malas diminta untuk mengenakan kacamata tersebut selama satu jam dalam dua minggu sembari bermain Tetris. Kacamata tersebut dirancang khusus agar satu mata hanya bisa melihat balok-balok yang jatuh, sedangkan mata lainnya hanya dapat melihat balok-balok yang sudah menumpuk di dasar.
Sebagai perbandingan, sembilan orang lainnya yang juga menderita mata malas memakai kacamata serupa tapi mata normal mereka diberi penutup dan seluruh partisipan dipaksa bermain hanya dengan menggunakan mata yang terserang mata malas.
Dua minggu kemudian, kelompok yang menggunakan kedua mata menunjukkan lebih banyak kemajuan dengan kondisi penglihatannya dibandingkan kelompok yang memakai koyo. Setelah itu, peneliti memperbolehkan kelompok pengguna koyo untuk menggunakan kacamata yang digunakan kelompok satunya. Hasilnya, penglihatan mereka pun ikut membaik secara signifikan.
Dr. Hess sepakat dengan studi-studi lainnya yang menunjukkan bahwa mata malas sebenarnya merupakan masalah yang terjadi pada kedua mata sehingga penggunaan koyo justru menghambat proses pemulihan, bukannya membantu mengobati.
Namun dengan memaksa kedua mata untuk bekerjasama maka hal ini dapat meningkatkan kadar plastisitas atau adaptabilitas pada otak dan mendorong mata malas agar kembali belajar bagaimana caranya melihat sesuatu.
"Nyatanya metode ini jauh lebih baik daripada koyo, lebih menyenangkan, lebih cepat memulihkan serta lebih efektif. Bahkan sebenarnya sejumlah game komputer lain disamping Tetris juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi ini," tandas Dr. Hess seperti dilansir BBC, Kamis (25/4/2013).
Namun peneliti ingin mencoba mengujikan metode ini pada anak-anak penderita mata malas karena diperkirakan satu dari 50 anak menderita kondisi ini. Padahal jika tak segera ditangani, mata malas dapat menyebabkan hilangnya kemampuan penglihatan pada mata yang terserang mata malas. Lagi pula pemasangan koyo pada anak seringkali membuat anak frustasi dan merasa tak nyaman.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.
Berikut ini adalah profil dari peneliti :
http://mvr.mcgill.ca/Robert/
Robert F. Hess, Ph.D., D.Sc.
Professor and Director of Research
Department of Ophthalmology
Director, McGill Vision Research Unit
Department of Ophthalmology, McGill University
Semoga dapat membantu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar